Selasa, 18 Agustus 2015


MEMBENTUK KAREKTER SISWA MI BINA UMMAH MELALUI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA
 
Oleh;

                                          Wira Wati, S.Pd.SD
                                          NUPTK: 8660757659300042
                                          (Guru Kelas V MI Bina Ummah Kota Batam)



BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan seseorang karena melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mengembangkan potensi diri dan dapat membentuk pribadi yang bertanggung jawab, cerdas dan kreatif. Pada mulanya yaitu sebelum ada pendidikan melalui sekolah seperti sekarang ini, maka pendidikan dijalankan secara spontan dan langsung dalam kehidupan sehari-hari di dalam keluarga. Anak-anak nelayan langsung mempelajari tentang kelautan dan perikanan dengan langsung mengikuti orang dewasa menangkap ikan. Selagi mempelajari pekerjaan yang dilakukan, mereka sekaligus juga belajar tentang nilai-nilai dan norma-norma yang berhubungan dengan pekerjaannya.

Maka pendidikan pada waktu itu merupakan sesuatu yang konkret, dan tidak direncanakan tetapi langsung berhubungan dengan keperluan hidup, sebetulnya dalam Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 1 telah disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Seorang anak pertama kalinya memperoleh pendidikan dalam keluarga. Dengan demikian keluarga dapat dikatakan adalah peletak dasar bagi pendidikan seorang anak. Artinya keluarga sangat berperan dalam perkembangan kepribadian anak. Namun pada masa sekarang sekolah dibutuhkan karena masyarakat modern dengan kebudayaan dan peradaban yang telah maju menawarkan demikian banyak kepandaian dengan kerumitan dan kompleksitas yang tinggi sehingga tidak mungkin lagi mempelajari kepandaian yang diperlukan hanya sambil lalu dalam praktek.

Pendidkan sesungguhnya berkaitan erat dengan manusia. N Driyarkara dalam Stefan Sikone, (2006 : 01) memandang bahwa manusia dan pendidikan merupakan dua sisi dari satu kehidupan. Melalui pendidikan seseorang dapat dimanusiakan menjadi manusia. Persoalannya adalah, apakah kita di negeri ini sudah sampai ideal seperti itu? Lembaga pendidikan di Indonesia ternyata gagal berperan sebagai pranata sosial yang mampu membangun karakter bangsa Indonesia sesuai dengan nilai-nilai normatif kebangsaan yang dicita-citakan.

Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 mengamanatkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dan menjadi masyarakat madani

Pendidikan kita tidak pernah jujur di dalam mengajar nilai-nilai kebenaran karena semua dilakukan di area formalisme belaka. Sistem pendidikan kita hanya mengandalkan cara berpikir yang bermuatan kurikulum, bukan pada pembentukan karakter anak didik. Untuk merealisasikan tujuan pendidikan nasional tersebut, pemerintah perlu mengusahakannya dengan kebijakan-kebijakan pendidikan yang jelas dan konsisten serta berkesinambungan agar tercipta generasi muda sebagai generasi penerus bangsa dan manusia seutuhnya.

Kita membutuhkan habitus baru untuk mengelola pendidikan jika tidak mau melihat kehancuran bangsa ini 1-20 tahun yang akan datang. Kegiatan ekstrakurikuler adalah program yang dipilih peserta didik berdasarkan bakat, minat, serta keunikannya meraih perestasi yang bermakna bagi diri dan masa depannya.

B. Rumusan Masalah

1.Mengapa perlu di adakan program pendidikan berkarakter melalui ekstrakurikuler olahraga

di Madrasah.

2. Bagaimana cara meningkatkan program itu supaya peserta didik lebih mengembangkan bakat, minat dan prestasi dalam ekstakurikuler olahraga

C. Maksud dan Tujuan
a.Mengidintifikasi permasalahan dan kesulitan dalam mengembangkan ekstrakurikuler olahraga
b.Mengkaji berbagai persoalan tentang permasalahan ekstrakurikuler olahraga
c. Mengidentifikasi Alternatif mengatasi permasalahan ekstrakurikuler olahraga


                                                                          BAB II

                                                                   KAJIAN TEORI



Salah satu aspek dari proses perkembangan sistematik dari sistem pembangunan nasional adalah bertujuan utama untuk pembentukan karakter bangsa melalui Sumber Daya Manusianya bukan hanya dari sisi pendidikan tapi juga dari moral kepemimpinannya yang harus dikaitkan dengan dinamika lingkungan strategis yang dicirikan dengan globalisasi serta fenomena paradoksanya yaitu : unify dan tribalisme. Tuntutan untuk memperkuat kualitas kepemudaan dan olahraga serta implementasi program relevansinya sebagai interaksi mutualisme dengan masyarakat diusulkan akan menghadirkan sosok penataan paradigma baru dalam manajemen spirit to be a nation dan sportivitas melalui pengembangan kepemimpinan kepemudaan.

Paradigma baru ini mengarah pada “Competitive Based” dimana basis kompetisi ini berarti institusi yang memiliki otoritas kepemudaan dan olahraga harus cermat mendefinisikan karakter programnya yang bisa melihat perubahan sebagai potensi; pemberi gagasan; pelayan inspirasi yang disertai arah program yang tegas. Karakter ini akan memberi kepuasan para stakeholder ( pemangku Kepentingan ) dan para pelaksana yang pada gilirannya akan menjadikan kepemudaan dan olahraga menjadi pioner dalam orientasi perkembangan ilmu. Hal ini sesuai dengan kutipan yang ditampilkan oleh Lismadiana (2006 : 63) bahwasanya olahraga itu sendiri adalah merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Lebih khusus lagi diartikan dari Wikipedia (2008 : 2) bahwa secara umum olahraga itu sendiri adalah aktivitas untuk melatih tubuh seseorang, tidak hanya secara jasmani tetapi juga rohani.

A. Pengertian Karakter

Apabila ditinjau dari bahasa dan pengertiannya sebetulnya bahasa karakter ini masihlah sangat luas, tetapi disini akan kita lihat beberapa pengertian secara umum yang ada di lapangan. Karakter menurut Wikipedia (2008 : 1) bisa digambarkan sebagai sifat manusia pada umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri. Tim prima pena (2006 : 234) membuat pemahaman karakter yang cenderung ke sifat manusia seperti watak, tabiat, pembawaan, kebiasaan.

B. Pengertian Kegiatan Ekstra Kurikuler

Untuk mendefinisikan karakter program guna mencapai hal-hal penting, hendaknya kita mulai dari karakter institusi yang menaunginya. Jika karakter institusi juga terkait dengan misinya sebagai pengembang martabat bangsa, maka karakter program harus pula mengandung unsur-unsur yang mampu mensinergikan perkembangan global dengan kekuatan pengetahuan yang dimiliki bangsa Indonesia. Dalam hal ini digunakan pengetahuan tradisional yang harus digali potensinya sebagai peluang daya saing dan membentuk ciri khas dari karakter Kepemudaan dan Olah Raga Indonesia (Munaf, 2007 : 2).

Sesuai dengan yang telah tercantum pula dalam Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 12 dan 13 yang menyebutkan bahwa pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, dan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Dari penjelasan tersebut di atas jelaslah bahwa ternyata memang ada beberapa tempat selain pendidikan dalam kelas yang dapat membentuk karakter siswa tersebut, dimana salah satu wahana pengantarnya adalah kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/ madrasah (Anifral Hendri, 2008 : 1-2).

Berdasarkan pengertian diatas menekankan bahwa kegiatan ekstrakurikuler untuk membantu pengembangan peserta didik dan pemantapan pengembangan kepribadian siswa cendrung berkembang untuk memilih jalan tertentu. RB.Cattele dalam Anifral Hendri (2008 : 2) menyatakan bahwa kepribadian seseorang menunjukkan apa yang ingin diperbuat bilamana ia dalam keadaan senang dan ditempatkan pada situasi tertentu.

Melalui kegiatan olahraga diharapkan siswa dapat sehat, mempunyai daya tangkal, daya hayat terhadap Pekat, Narkoba dan obat terlarang. Dalam pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler siswa diarahkan untuk memilih salah satu cabang olahraga yang sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan siswa, pada kegiatan ini cabang diharapkan lahir bibit-bibit olahragawan yang nantinya dapat dibina untuk menghadapi event seperti Porseni KKM, AKSIOMA Tingkat Kota, Provinsi, Nasional maupun kompetisi lainnya.

C. Pembentukan karakter di sekolah

Deng Xiaoping dalam program reformasi pendidikannya pada tahun 1985 secara eksplisit mengungkapkan tentang pentingnya pendidikan karakter. Throughout the reform of the education system, it is emperative to bear in mind that reform is for the fundamental purpose of turning every citizen into a man or woman of character and cultivating more constructive members of society (‘Decisions of Reform of the Education System’, 1985). Karena itu program pendidikan karater telah menjadi kegiatan yang menonjol di Cina yang dijalankan sejak jenjang pra-sekolah sampai universitas (Stefan Sikone, 2006 : 2).

Nah, apabila Cina bisa melakukan pendidikan karakter untuk 1,3 miliar menjadi manusia yang berkarakter (rajin, jujur, peduli terhadap sesama, rendah hati, terbuka), Indonesia tentunya bisa melakukannya. Namun, gaung pendidikan karakter belum banyak terdengar dari para pemimpin kita. Tentunya, sebagai warga negara yang bertanggung jawab, kita semua bisa melakukannya dalam sekolah.

Tentunya, pendidikan karakter adalah berbeda secara konsep dan metodologi dengan pendidikan moral, seperti kewarganegaraan, budi pekerti, atau bahkan pendidikan agama di Indonesia. Pendidikan karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui proses knowing the good, loving the good, and acting the good yaitu proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik, sehingga akhlak mulia bisa terukir menjadi habit of the mind, heart, and hands.

Dalam hubungan ini maka apa yang disarankan Unesco perlu diperhatikan yaitu bahwa pendidikan harus mengandung tiga unsur: (a) belajar untuk tahu (learn to know). (b) belajar untuk berbuat (learn to do). (c). belajar untuk bersama (learn to live together). Unsur pertama dan kedua lebih terarah membentuk having, agar sumber daya manusia mempunyai kualitas dalam pengetahuan dan keterampilan atau skill. Unsur ketiga lebih terarah being menuju pembentukan karakter bangsa. Kini, unsur itu menjadi amat penting. Pembangkitan rasa nasionalisme, yang bukan ke arah nasionalisme sempit, penanaman etika berkehidupan bersama, termasuk berbangsa dan bernegara; pemahaman hak asasi manusia secara benar, menghargai perbedaan pendapat tidak memaksakan kehendak, pengembangan sensitivitas sosial dan lingkungan dan sebagainya merupakan beberapa hal dari unsur pendidikan melalui belajar untuk hidup bersama. Pendidikan dari unsur ketiga ini sudah semestinya dimulai sejak Taman Kanak-Kanak hingga perguruan tinggi. Penyesuaian dalam materi dan cara penyampaiannya tentu saja diperlukan.


D. Strategi Pembentukan Karakter

A. Keteladanan; Memiliki Integritas Tinggi serta Memiliki Kompetensi: Pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional

B. Pembiasaan

C. Penanaman kedisiplinan

D. Menciptakan suasana yang konduksif

E. Integrasi dan internalisasi

F. Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani.

G. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cintai damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis, dan agama.

H. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas ajar dalam pendidikan jasmani.

I. Mengembangkan keterampilan untuk melakukan aktivitas jasmani dan olahraga, serta memahami alasan-alasan yang melandasi gerak dan kinerja.

J. Menumbuhkan kecerdasan emosi dan penghargaan terhadap hak-hak asasi orang lain melalui pengamalan fair play dan sportivitas.

K. Menumbuhkan self esteem sebagai landasan kepribadian melalui pengembangan kesadaran terhadap kemampuan dan pengendalian gerak tubuh.

L. Mengembangkan keterampilan dan kebiasaan untuk melindungi keselamatan diri sendiri dan keselamatan orang lain.

M. Menumbuhkan cara pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani dan pola hidup sehat.

N. Menumbuhkan kebiasaan dan kemampuan untuk berpartisipasi aktif secara teratur dalam aktivitas fisik dan memahami manfaat dari keterlibatannya.

O. Menumbuhkan kebiasaan untuk memanfaatkan dan mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif.




                                                                     PEMBAHASAN

pembentukan karakter bangsa dapat dilakukan salah satunya melalui olahraga Dengan olahraga kita bisa kembangkan karakter bangsa, sportivitas sekaligus merekatkan persatuan bangsa, Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh dan bisa mengembangkan bakatnya, Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya, dan tidak lupa Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya. Karena pada dasarnya pendidikan terdiri dari kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Pada kegiatan ekstakurikuler inilah siswa bisa menyalurkan bakat dan minatnya serta dapat belajar hal-hal seperti keorganisasian, kepemimpinan, kemandirian, kewirausahaan, sebagai upaya pendidikan kharakter siswa (Kurniawan dan Karyono, 2008:6).

Dengan beragamnya manfaat dari ekstrakurikuler maka banyak siswa yang tertarik mengikuti salah satu atau beberapa ekstrakurikuler. Beberapa dari mereka mengikutinya karena memang ingin belajar sesuatu serta mengembangkan bakat dan minatnya. Namun tak sedikit yang hanya ikut-ikutan teman atau hanya coba-coba. Mereka yang memang punya niat kuat mengikuti ekstrakurikuler akan aktif dalam setiap kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini tentunya akan menambah kegiatan siswa selain kewajibannya belajar. Bagi siswa yang mempunyai kemampuan baik dalam hal manajemen waktu mungkin bisa membagi waktu dengan baik sehingga kegiatan belajarnya tak terganggu

A. Fungsi Kegiatan Ekstrakurikuler

Menurut kajian Anifral Hendri (2008 : 2) mengenai fungsi kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai berikut :

a. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka.

b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.

c. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, mengembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan.

d. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik.

B. Jenis kegiatan Ekstra Kurikuler

Anifral Hendri (2008 : 2 – 3), mengemukakan pendapat umumnya mengenai beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler dalam beberapa bentuk yaitu :

a. Krida, meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA).

b. Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian.

c. Latihan/lomba keberbakatan/ prestasi, meliputi pengembangan bakat olah raga, seni dan budaya, cinta alam, jurnaistik, teater, keagamaan.

d. Seminar, lokakarya, dan pameran/ bazar, dengan substansi antara lain karir, pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni budaya.

e. Olahraga, yang meliputi beberapa cabang olahraga yang diminati tergantung sekolah tersebut, misalnya : Basket, Karate, Taekwondo, Silat, Softball, dan lain sebagainya.

Dalam upaya melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler banyak sekali hambatan dan permasalahan yang harus dihadapi baik terhadap SDM, sarana dan dana, tingkat kepedulian orang tua daan masyarakat maupun petunjuk pelaksanaan ekstra kurikuler itu sendiri sehingga kegiatan ekstra kurikuler di sekolah tidak berjalan sebagaimana mestinya, apalagi saat ini siswa dituntut untuk belajar penuh pagi dan sore. Sehingga hendaknya selain unsur penilaian positif mengenai ekstrakurikuler itu sendiri, maka beberapa kajian seperti tersebut diatas hendaklah menjadi suatu hal yang patut kita cermati sesuai dengan sedikit penjelasan berikut.

C.Sumber Daya Manusia

Menurut Sugeng Mulyono dalam Anifral Hendri (2008 : 3) menyatakan bahwa sumber daya manusia adalah daya energi yaitu kekuatan yang bersumber pada diri sendiri manusia yang memiliki kompetensi untuk membangun dalam arti positif. Pengertian sumber daya manusia meliputi Kepala Sekolah, guru, orang tua siswa, siswa merupakan salah satu penentu karena manusia berperan ganda sebab bukan hanya sebagai pemikir, perencana, pelaksana tetapi juga berperan sebagai pengendali dan pengembang program ekstrakurikuler.

Menurut Bung Karno (9 April 1961) dalam Anifral Hendri (2008 : 3), Dedication of life para olahragawan dan pembina olahraga, agar dapat melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat sesuai kerangka segi-segi cita-cita bangsa kita yang termasuk dalam Nation and Character Building Indonesia. Dikomentari pula dalam hal senada oleh Ellen G. White dalam Anifral Hendri (2008 : 3): Pembangunan karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia. Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar. Slamet Imam Santoso, Pembinaan watak merupakan tugas utama pendidikan, menyusun harga diri yang kukuh-kuat, pandai, terampil, jujur, tahu kemampuan dan batas kemampuannya, mempunyai kehormatan diri.

D. Sarana dan Dana

Sarana dan daana adalah faktor pendukung yang tidak dapat ditinggalkan, keterbatasan kemampuan sekolah dalam pengadaan sarana daan penyediaan dana adalah faktor penyebab utama kegiatan ekstrakurikuler tidak berjalan sebagaimana mestinya.



E.Tingkat Kepedulian Orang Tua dan Masyarakat

Pada masing-masing sekolah perlu diusahakan adanya hubungan timbal balik antara sekolah, orang tua siswa dan masyarakat, dibutuhkan komite sekolah yang berperan dan bertanggungjawab untuk mengusahakan dan meningkatkan keamanan, kesejahteraan dan ekstra kurikuler. Partisipasi orang tua dan masyarakat yang positif dalam mendukung program ekstrakurikuler merupakan pencerminan terwujudnya prinsip bahwaa pendidikan adalah tanggungjawaab bersama antara orang tua, masyaraakat dan pemerintah.

Paradigma diatas juga ditampilkan oleh Anis Matta (2003 : 2) bahwa lingkungan juga dapat berperan secara tidak langsung terhadap pembentukan karakter anak. Dimana secara tidak langsung terdapat faktor-faktor pembentuk perilaku antara lain :

(a) Faktor internal :

1. Instink biologis, seperti lapar, dorongan makan yang berlebihan dan berlangsung lama akan menimbulkan sifat rakus, maka sifat itu akan menjadi perilaku tetapnya, dan seterusnya.

2. Kebutuhan psikologis, seperti rasa aman, penghargaan, penerimaan, dan aktualisasi diri.

3. Kebutuhan pemikiran, yaitu akumulasi informasi yang membentuk cara berfikir seseorang seperti mitos, agama, dan sebagainya.

(b) Faktor eksternal anatara lain :

1. Lingkungan keluarga

2. Lingkungan sosial

3. Lingkungan pendidikan.

F. Dampak pendidikan karakter

Apa dampak pendidikan karakter terhadap keberhasilan akademik? Beberapa penelitian bermunculan untuk menjawab pertanyaan ini. Ringkasan dari beberapa penemuan penting mengenai hal ini diterbitkan oleh sebuah buletin Character Educator, yang diterbitkan oleh Character Education Partnership.

Didalam hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri – St Louis, menunjukkan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambar keberhasilan akademik

Pendidikan karakter ada-lah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Dengan pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongong masa depan karena dengannya seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.

Dalam buku Emotional Intelligence and School Succes (Joseph Zins, et. al 2001) mengkomplikasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor risiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor risiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ).

                                                                             KESIMPULAN

Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesuliran belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter atau mempunyai kecerdasan emosi tinggi akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas dan sebagainya.

Pendidikan karakter di sekolah sangat diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan karakter adalah di dalam keluarga. Kalau seorang anak mendapat pendidikan karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut akan berkarakter baik selanjutnya. Namun banyak orangtua yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter. Selain itu Daniel Goleman juga mengatakan bahwa banyak orangtua yang gagal dalam mendidik karakter anak-anaknya entah karena kesibukan atau karena lebih mementingkan aspek kognitif anak. Namun ini semua dapat dikoreksi dengan memberikan pendidikan karakter di sekolah.

Jadi, pendidikan karakter atau budi pekerti plus adalah suatu yang urgen untukdilakukan. Kalau kita peduli untuk meningkatkan mutu lulusan SD, SMP dan SMU, maka tanpa pendidikan karakter adalah usaha yang sia-sia. Mahatma Gandhi memperingatkan tentang salah satu tujuh dosa fatal, yaitu “education without character” (pendidikan tanpa karakter). Dr. Martin Luther King juga pernah berkata: “Intelligence plus character… that is the good od true education” (Kecerdasan plus karakter…. itu adalah tujuan akhir dari pendidikan sebenarnya). Juga Theodore Roosevelt yang mengatakan: “To educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society”. Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat .

                                                          DAFTAR PUSTAKA

– Anifral Hendri. (2008). Ekskul Olahraga Upaya Membangun karakter Siswa. http://202.152.33.84/index.php?option=com_content&task=view&id=16421&Itemid=46. Saturday, 1 November 2008. Pkl: 08.42.WIBB.

-Antara. (2008). Bentuk Karakter Bangsa Melalui Olahraga. http://www.antara.co.id/arc/2008/9/9/presiden–bentuk-karakter-bangsa-melalui-olahraga/. 29 Oktober 2008. Pkl : 20.49 WIBB.

–Dicky R. Munaf. (2008). Pendayagunaan Iptek dan Pengetahuan Tradisional untuk Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan dan Kemutakhiran Olahraga. http://www.fsrd.itb.ac.id/wp-content/uploads/2007/11/Bpk.Dicky Pendayagunaan%20Iptek-4. Jumat, 31 Oktober 2008. Pkl : 08.40 WIBB.



– M. Anis Matta. (2008). Membentuk Karakter Cara Islam. http://pustakahanan.googlepages.com/RingkasanMembentukKarakterCaraIslam-.pdf. Jumat, 30 Oktober 2008, Pkl: 11.03 WIBB.

– Stefan Sikone. (2008). Pembentukan Karakter Dalam Sekolah. http://www.mirifica.net/printPage.php?aid=2939. Sabtu 1 November 2008. Pkl : 09. 14 WIBB.

– Tim Prima Pena. (2006). Kamus Ilmiah Populer. Surabaya ; Gitamedia Press.

– Visimedia. (2007). Undang-Undang SISDIKNAS dan Undang-Undang Guru & Dosen. Jakarta.

Selasa, 28 Juli 2015


       Sebagai awal pendidikan bagi anak didik sekolah dari TK/RA sampai MA/SMK/SMA diisi dengan upacara. Kepala Madrasah Lalu Muhammad Nurul Wathoni, M.Pd.I. menjadi Irup sekaligus membuka kegiatan Masa Orientasi Sekolah (MOS) di MTs – MA Bina Ummah, Senin (27/7/2015).

Kepala Madrasah dalam sambutan yang mengucapkan selamat kepada semua siswa/i baru dari yang telah berhasil menjadi siswa baru pada tahun pelajaran 2015/2016, juga kepada anak yang telah berhasil naik kelas.

Sebagi murid baru atau siswa kelas yang lebih tingi merupakan kesempatan dan tantangan bagi kalian untuk lebih mengembangkan potensi diri. Apalagi kurikulum pendidkan formal yang selalu dilakukan inovasi dan penyemprnaan dengan pengemplementasian Kurikulum 2013 di Madrasah Bina Ummah untuk kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X dan XI sesuai Intruksi Derjen Pendidikan Madrasah Kemenag RI. Hal ini hasil refleksi dari dari penyempurnaan kurikulum dengan peng-integrasian masalah kenakalan remaja, bahaya narkoba, HIV/AIDS, bencana alam, KB dan lainnya.

Kita patut berbangga dan bersyukur dengan dunia pendidikan di Kota Batam. Untuk tahun 2015 Prestasi yang diraih Madrasah Bina Ummah dalam UN dan UAMBN 2015 yakni hasil rata-rata Niali Akhir meningkat dari tahun 2014 dan termasuk tinggi se Kepulauan Riau.

Lebih lanjut dikatakan Masa Orientasi Siswa (MOS) memang perlu dilakukan untuk pengenalan siswa didik baru. Dalam pengenalan sekolah, penyampaian materi pada hari awal masuk sekolah harus memperhatikan faktor perkembangan kemampuan mental psikologis peserta didik. Perbedaan fisik dan usia harus menjadi pertimbangan tersendiri. MOS harus edukatif bukan destruktif, mewujudkan kultur sekolah dan dalam rangka implementasi dari visi dan visi Madrasah Bina Ummah.

Sementara Pembina MOS Madrasah Bina Ummah Maswandi Tanjung, S.Pd. dalam laporannya mengatakan kegiatan tersebut bertujuan : membekali siswa/i dengan pengetahuan umum dan khusus, membekali pengetahuan UUD 45, Pancasila, Persatuan dan kesatuan untuk menumbuhkan semangat nasionalisme dan kebangsaan, membekali pengetahuan kemadrasahan dan menanamkan sikap mental, spiritual, budi pekerti dan tangungjawan serta toleransi. Waktu pelaksanaan selama tiga hari yakni mulati tanggal 27 s.d 29 Juli 2015, dengan materi visi dan misi Madrasah Bina Ummah, tata tertib, nasionalisme dan kebangsaan, lagu daerah dan nasional dengan nara sumber Guru-guru Madrasah Bina Ummah. Adapun tempatnya di Lokasi di Madrasah Bina Ummah.









Jumat, 03 Juli 2015

Orientasi Pengenalan Sistem Akademik Madrasah Bina Ummah TP. 2015/2016

I. Selayang Pandang Bina Ummah
a. Profil (Identitas, Legalitas, Visi, Misi dan Tujuan)

Madrasah Bina Ummah merupakan salah satu wadah pendidikan formal yang bersetatus swasta berdomisili dikelurahan kibing Kecamatan Batu Aji. MI Bina Ummah berda dibawah Naungan Yayasan Pondok Pesantren Bina Ummah Doktor Haji Adamri Al Husainy yang didirikan oleh Al marhum DR H. Adamri Al Husainy dan Hj Mardiana Bt. Mohammad Yassin. Rekam jejak alm DR H. Adamri Al Husainy sebagai pendakwah kondang di kota Batam tidak asing mulai sejak tahun 1968, pernah menjadi pegawai Otorita Batam tahun 1976, menjadi Imam Besar Masjid Jami’ Baiturrahman Sekupang tahun 1984, menjadi penyantunan melalui berbagai gerakan. pada tahun 1999 Yayasan Bina Ummah lahir di Batu Aji Batam dan Pada tahun 2003 dimulainya pembukaan pendaftaran santri MI/SD diikuti MTs/SMP dan MA/SMA dengan dikeluarkannya Izin Oprasional dari kantor Departemen Agama kota Batam sebagai bukti legalitas tertulis dan SK BAP sebagai bukti terakuinya kualitas Pendidikan.

b. Visi, Misi Dan Tujuan Madrasah

1. Visi Madrasah Ibtidaiyah Bina Ummah

Sistem pendidikan terpadu berorientasi pada generasi Islam masa depan berkualitas: keimanan, akhlakul karimah, berkompetensi tinggi, berkepedulian sosial terhadap keluarga, agama, masyarakat, bangsa dan negara.

2. Misi Madrasah Ibtidaiyah Bina Ummah
1. Membentuk dan memupuk kemampuan yang fondamental peserta didik berupa ilmu pengetahuan agama, umum, keterampilan, keahlian, berinteraksi sosial yang dapat diaplikasikan dan disosialisikan dalam kehidupan bermasyarakat yang berasaskan Islam sehingga menjadi bekal bagi mereka untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi
2. Menyatukan ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap yang Islami sehingga peserta didik dapat tumbuh dan berkembang menjadi Insan yang memiliki iman taqwa dan ilmu pengetahuan teknologi.
3. Membentuk dan membina peserta didik menjadi manusia yang memiliki aqidah yang kuat, akhlakul karimah, amal sholeh, pemikiran yang cerdas, fisik yang kuat dan sehat, menanamkan disiplin yang tinggi sehingga mental tangguh terbentuknya insan mandiri yang madani.





3. Tujuan Madrasah Ibtidaiyah Bina Ummah

Menjadikan peserta didik yang memiliki watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, demi perkembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

c. Struktur Organisasi (Yayasan/ MSA dan Madrasah)

c.1. Struktur Yayasan & MSA

Dewan Pendiri : Taufiqurrahman

Ketua : Hj. Ummi Mardiana Adamri Al Husainy (MSA: Ketua)

Sekretaris : Fathurrahman, SE

Bendahara : Ithru Darina, S.Pd. Kons (MSA: Dir. Keuangan & TU)

Pengawas : Ida Aliya, A.Ma. (MSA: Dir. Pendidikan)

Riko Valentino, SH.

Nurhayati Asman, A.Md.

c.2. Struktur Madrasah

Kepala Madrasah : Lalu Muhammad Nurul Wathoni, M.Pd.I.

Waka Kurikulum MI : Siti Naisyah, S.Pd.

Wakur MTs-MA : Rahmadani Samosir

Waka Kesiswaan : Jefri Heriandi, S.Pd.

Waka Sarpras : Rilyani Shakilla, S.Pd.I.

Bendahara Madrasah : Wira Wati, S.Pd.SD.

TU Madrasah : Della Rifani

Perpustakaan & UKS : Asmah



Wali Kelas I :

Wali Kelas II : Rilyani Shakilla, S.Pd.I.

Wali Kelas III :

Wali Kelas IV :

Wali Kelas V :

Wali Kelas VI : Siti Naisyah, S.Pd.

Wali Kelas VII :

Wali Kelas VIII : Maswandi Tanjung, S.Pd.

Wali Kelas IX - XII :



Guru Bidang Studi :

1. Lalu Muhammad Nurul Wathoni, M.Pd.I.

2. Drs. Muhammad Asri

3. Rahmadani Samosir

4. Jefri Heriandi, S.Pd.

5. Asmah

6.



II. Sistem Pembelajaran

a. Tata Tertib Peserta Didik

(terlampir; referensi buku penghubung 2014)



b. Schedulle PBM


No

Hari

Kelas

Waktu

Keterangan


1

Senin

I s/d XII

07.00 – 08.00

Upacara Bendera


2

Selasa s/d Kamis

I s/d XII

07.00 – 07.30

Shalat Sunnah Duha dan Muraja’ah PHDT (Pembiasaan Hadits dan Do’a)


3

Senin s/d Kamis

I s/d XII

07.30 – 08.40

Belajar Al-Qur’an Metode Usmani


4

Rabu

I sd XII

14.30-15.30

Pramuka


5

Jum’at

I s/d XII

07.00 – 08.00

Shlawatan dan Dzikir Asmaul Husna


6

Jum’at

I s/d XII

08.00 – 08.30

13.00–15.30

Operasi Semut/ Gotong Royong

Ekstrakurikuler


7

Senin s/d Jumat

I s/d XII

09.00 – 10.10

10.30 – 12.20

Pelajaran reguler

Pelajaran reguler


8

Senin s/d Jumat

IV s/d VI

09.00 – 10.10

10.30 – 12.20

13.00 – 15.10

Pelajaran reguler

Pelajaran reguler

Pelajaran reguler


9

Senin

III - XII



Puasa Sunnah Day


10

Selasa

I - XII



English Day


11

Rabu

I - XII



Arabic Day


12

Kamis

III- XII



Puasa Sunnah Day


13

Jum’at

I - XII



Melayu Day


2. Siswa harus berada di sekolah selambat lambatnya 15 menit sebelum pelajaran dimulai (06.45) jika siswa terlambat harus melaporkan kepada guru piket.

3. Bel tanda masuk dibunyikan pada pukul 07.00 WIB dan siswa menuju ke Masjid dengan membawa perangkat Sholat dan membawa Buku PHDT yang dibimbing majlis guru saat mengambil Wudu’, Shalat dan Pembacaan PHDT

4. Pukul.07:10 WIB gerbang masuk sekolah di tutup.

Konsekuensi:

a. Siswa yang terlambat lebih dari pukul 07.00 konsekuensinya istigfar 50, bersholawat 50 x dan Membersihkan lingkungan madrasah membuang sampah ke TPS

b. Siswa yang terlambat lebih dari pukul 07:10 konsekuensinya istigfar 50, bersholawat 50 x, murojaah 2 surat Juz Amma dan Membersihkan lingkungan madrasah membuang sampah ke TPS

c. Siswa yang melanggar tata tertib akan diberikan sangsi dengan sistem poin yang telah diatur didalam buku tatatertib, bila poin terkumpul sampai 100 maka siswa lansung dikeluarkan setelah adanya peringatan I, II dan III.

d. Segala bentuk monitoring guru dan orang tua terhadap kegiatan harian siswa baik Ibadah, sikap, akademik dan keterampilan harus tetulis di buku penghubung.

c. Struktur Kurikulum



o KTSP & Kurikulum 2013

(terlampir)

o Lokal & Nasional

(terlampir)



d. GTK

(terlampir)

e. Ekstrakurikuler/ Pengembangan diri



a. Pramuka

b. Arabic Club

c. Englis Club

d. MIPA Club

e. MTK Club

f. TIK Club

g. Manasik Hajji

h. Kompang, Marawis & Qosidah

i. Voly

j. Bad Minton

k. Tenis Meja

l. Takraw



f. Program Unggulan

a. Tahfizh

b. Belajar & Tahsin Al-Qur’an sistem Usmani

c. Belajar Kitab Kuning

g. Pembiasaan & Budaya Madrasah

1. Menggunakan busana yang bersih dan rapi serta sesuai dengan syarat Islam dimana pun berada.

2. Mamakai Baju Seragam sesuai Jadwal


No

Hari

Jenis Seragam


1

Senin dan Selasa

Nasional (Merah Putih)


2

Rabu

Pramuka


3

Kamis

Batik


4

Jumat

Melayu


5

Sabtu

Olah Raga


Catatan : Pakaian Olah raga juga dipakai jika ada pelajaran Penjaskes atau ada kegiatan sejenis.



3. Menjunjung tinggi niai-nilai keislaman (mengucapkan salam, bersalaman, senyum, sapa dsb).

4. Menjaga kebersihan sekolah.

5. Berkata sopan dan santun sesuai dengan kaidah bahasa yang baik.

6. Saling menghormati dan menghargai.

7. Ibadah (Wudhu,sholat) dengan tertib

8. Makan minum sesuai adab Islam.

9. Baca tulis Al‐Qur’an,

10. tahfidzul qur’an,

11. Tilawatul Qur’an

12. Hari Bahasa arab

13. Hari Bahasa Inggris

14. Sholat Fardu Berjamaah

15. Shalat Sunnah Duha

16. Makan dan minum sesuai dengan adab Islami

17. Sopan santun dalam pergaulan

18. Disiflin Beribadah

19. Pembinaan Tilawah Qur’an

20. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan

21. Infak Mingguan

22. Puasa Sunnah Senin & Kamis


23. Kegiatan Ibadah


No

Ibadah

Hari


1

Sholat fardu Dhuzur dan Ashar Berjama’ah

Senin – Jum’at


2

Sholat Sunat Dhuha

Senin s/d Jum’at


3

Pembiasaan Hadits, Do’a dan Tahfizh (PHDT)

Selasa s/d Kamis


4

Sholat Jum’at

Jumat


5

Dzikir Asmaul Husna

Jumat


6

Tahfizh Al-Qur’an (Hafalan Juz ‘ama)

Senin s/d Jum’at


7

Latihan Manasik Haji

Rabu pada Minggu 1


8

Latihan Mukhadharah (Ceramah/Pidato)

Jum’at Minggu 1


9

Tadarus dan baca tulis Al-Qur’an

Senin s/d Jum’at




h. Kultur Belajar; Full Day School Berkarakter

a. sistem pendidikan fullday school dan terpadu diterpakan di MI, MTs dan MA Bina Ummah TP 2015-2016 karena beberapa alasan, baik akademis maupun sosiologis. Secara akademis, sistem pendidikan fullday school dan terpadu dimaksudkan untuk meningkatkan volume dan mutu hasil belajar Madrasah Bina Ummah dengan menyediakan waktu belajar yang lebih lama di madarasah. Dan secara sosiologis, sistem pendidikan ini merupakan salah satu bentuk reaksi madrasah terhadap tuntutan globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Jika hal ini tidak ditanggapi secara bijak maka anak-anak didik bisa menjadi korbannya, terutama dampak dari teknologi komunikasi. Dengan semakin canggihnya perkembangan di dunia komunikasi, dunia seolah-olah menjadi tanpa batas (borderless world). Informasi begitu derasnya masuk ke rumah-rumah kita. Sistem pendidikan fullday school dan terpadu lahir sebagai salah satu solusi alternatif untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, baik dalam hal prestasi maupun moral.

b. Dan yang dimaksud dengan sistem pendidikan fullday school dan terpadu Madrasah Bina Ummah adalah sistem pendidikan dengan waktu belajar sehari penuh yang memadukan berbagai disiplin pelajaran yang berpusat pada suatu masalah atau topik berdasarkan kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat dan yang memadukan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengembangan kepribadian peserta didik yang terintegrasi. Sistem pendidikan fullday school dan terpadu Madrasah Bina Ummah adalah proses integrated activity and integrated curriculum dengan metode pengajaran yang menarik minat, kreatif, dan inovatif disertai pengayaan (enrichment dan remedial).

c. Adapun tujuan sistem pendidikan fullday school dan terpadu Madrasah Bina ummah adalah untuk memberikan dasar yang kuat untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan/ Intelegence Quotient (IQ), Emosional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ) dengan berbagai inovasi yang efektif dan aktual. Kurikulum Madrasah Bina Ummah akan didesain untuk menjangkau masing-masing bagian dari perkembangan ini yakni untuk mengembangkan kreatifitas yang mencakup integritas dan kondisi tiga ranah (ranah kognitif, afektif dan psikomotorik).

d. Durasi jam efektif belajar fullday school pada MI, MTs dan MA Bina Ummah adalah mulai jam 07.00 WIB sampai dengan jam 15.30 WIB. Meski aktifitas siswa lebih banyak dilakukan di madrasah namun proses pembelajaran in sya Allah tidak akan membosankan karena proses pembelajaran tidak hanya berlangsung di dalam kelas melainkan juga di luar kelas anadaikan di dalam kelas maka banyak metode yang akan dikombinasikan dengan menggunakan pemebelajaran sistem Audio Visual. Dengan demikian, peserta didik tidak merasa terbebani oleh lamanya waktu belajar di Madrasah sebab model pembelajaran fullday school dan terpadu menggunakan metode pembelajaran dialogis-emansipatoris. Untuk menghindari dampak negatif program fullday school seperti siswa/i akan kelelahan setiba di rumah, kemudian tidur, dan malamnya pun mereka dituntut untuk belajar, maka solusi yang akan diterapkan yaitu pembelajaran Tak hanya menekankan sisi akademis, tapi juga menyeimbangkannya dengan memasukkan unsure lain seperti social, emosional, fisik, hingga spiritual di harapkan tetap dapat berjalan seimbang,”



i. Program diluar PBM

1. Out Bond

2. Kunjungan Pendidikan/ Study Tour/ Studi Banding

3. Kemping/ Berkemah Keperamukaan

4. Mengadakan PHBI (perayaan Hari Raya Islam)

5. Class Meeting

6. Porseni (Pekan Olahraga dan Seni)

7. O2Sn (Olimpiade Olahraga Siswa Nasional) dan FLS2n (Festival Lomba Seni Siswa Nasional)

8. Lomba Siswa Prestasi

9. Penerbitan Bulletin Bina Santri MI Bina Ummah

10. Penghijauan

11. Gotong Royong

12. Peringatan Hari Besar Nasional & Pendidikan

13. Pertandingan & Perlombaan; Porseni, Porseni, KSM, Aksioma dll



III. Metode Pengajaran

Penyeragaman Metode Pengajaran di MBU:

a. Metode qisah (bercerita) merupakan metode mengawali pembelajaran dengan cara memberikan kisah‐kisah yang menarik dan berupaya mengambil pelajaran atau hikmah dari kisah tersebut.

b. Metode Audio Visual; sistem pelajaran dengan media baik video, poworpoint ataupun media peraktik lainnay.

c. Metode Variasi Tempat Belajar yaitu siswa diberikan kebebasan untuk memilih tempat belajar seperti di taman sekolah, tempat parkir, kantin maupun di alam bebas suapaya siswa tidak merasa terbebani oleh lamanya waktu belajar di Madrasah.

d. Metode hiwar (dialog/sapa-menyapa) mempunyai dampak yang sangat mendalam terhadap jiwa pendengar (mustami’) atau pembaca yang mengikuti percakapan dengan seksama dan penuh perhatian.

e. Metode pembiasaan perlu dilakukan untuk membiasakan siswa melakukan ahlak terpuji, pembiasaan perogram baik yang dilakukan selama proses belajar‐mengajar maupun diluar peroses belajar mengajar, diantaranya adalah;

ü Penyambutan Siswa

ü Pembimbingan Ibadah Sunnah dan Fardu

ü Memperhatikan aktifitas dan Pergaulan siswa; mengarahkan/ menegur

ü Mendahulukan sikap dari pada Ucapan seperti, guru lebih dahulu sampai disekolah dari siswa, lebih dahulu berwudu sebelum siswa, lebaih dahulu di masjid sebelum siswa, berkata soapan dll.

ü Dzikir, Shalat sunnah dan membaca Al qur’an setelah shalat Fardu.

ü Pembiasaan Kegitan Mentoring; Dalam kegiatan mentoring, siswa diajak mengahafal doa‐doa harian dan hadis‐hadis pilihan yang berkaitan dengan aqidah dan ahlak. Seperti kegiatan PHDT (pembiasaan Hadits doa dan Tahfizh)

ü Penanaman kesenangan dalam melaksanakan kegiatan ibadah yaumiyyah

ü Pengarahan untuk patuh kepada aturan sekolah dan

ü Penananaman sikap ikram (hormat) kepada guru

ü selalu mengaitkan nilai‐nilai karakter pada materi‐materi pembelajaran dalam materi pembelajaran yang diampunya

ü Penanaman Nilai Akhlak Islami

ü Pembacaan ayat suci al‐Qur’an dari setiap kelas secara bergantian

ü Absensi siswa setiap kegiatan Ibadah

ü Persiapan Perangkat Pembelajaran 1 Minggu stiap hari Sabtu.

(perogram tersebut akan disusun dalam bentuk tabel)



IV. Kerjasama Stakeholder Madrasah

Yayasan, GTK dan Komite; Membentuk Majlis Ta’lim, Rapat Mingguan, Khatmul Qur’an dan Pengajian Bulanan.



V. Target Pencapaian Madrasah Bina Ummah

a. Tamat dari MBU minimal hafal 1 Juz (Juz ‘Amma)

b. Mahir Barbahasa Asing (Arab & Inggris)

c. Berfikir, Berucap dan Berbuat sesuai tuntunan Al qur’ & Sunnah Rasul

d. Mahir dalam mengoperasikan Teknologi



VI. Prestasi yang diraih MBU 2 tahun terakhir

1. Juara I Catur dan III Azan Porseni MI se-Rayon II kota Batam 2013

2. Juara I kejaran Kenpo Porkot Kota Batam 2014

3. Juara I Ujian Akhir Madrasah Bersetandar Nasional se-Kota Batam 2014

4. Juara Tahfizh 5 Juz Al Qur’an tingkat Kota Batam

5. PORSENI MI Kota Batam mendapat Juara II Tahfizah dan Juara III Lari

6. Beladiri Tingakat Provinsi dan Nasional

7. Juara I, II dan III P3K, Prakarya, Yel-yel Pramuka Hut Kwarcab Kota Batam

8. Juara III Azan MKKS SMP

9. Aksioma Kota Batam Juara I dan II Tahfizah 10 Juz, Ijuara I & III Tenis Meja, Juara III Pidato

10. Lomba KSM

11. Juara I UMBN MTs dan Juara II UAMBN MI

12.

VII. Informasi Mulai PBM

a. Hari Efektif TP 2015/2016 27 Juli 2015



Urgensi Al-Qur’an dalam Kehidupan Muslim

Pada malam hari di bulan ramadhan yang mulia, ketika memperingati malam Nuzulul Quran. Di mana “mayoritas” ulama berpendapat bahwa saat diturunkannya wahyu pertama al-Quran yaitu terjadi pada bulan suci ramadhan. Hal ini juga diperkuat dengan firman Allah Swt dalam surat al-Qadr (1-5). Sekalipun mayoritas ulama berpendapat turunnya al-Qur’an terjadi pada bulan suci Ramadhan, namun hal ini tidak menyampingkan adanya perbedaan pendapat seputar tanggal atau waktu turunnya al-Qur’an tersebut. Ada di antara sahabat Nabi dan ulama yang meriwayatkan bahwa Nuzulul Qur’an terjadi pada tanggal 17 ramadhan, ada pula yang mengatakan 21, dan adapula yang berpendapat tanggal 23, 24 dan seterusnya. Kenapa terjadi perbedaan di antara para sahabat tentang persisnya tanggal Nuzulul Qur’an tersebut. Hal ini dapat dijawab, bahwa memang tidak ada keterangan resmi yang datang dari baginda rosulullah saw mengenai kapan tepatnya tanggal diturunkannya al-Qur’an tersebut. Sehingga semua perkataan dan pendapat yang sempat ditulis oleh ulama adalah murni hasil ijtihad dan pendapat para sahabat belaka. Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari menuliskan, bahwa terdapat kurang lebih 40 pendapat ulama seputar kapan Nuzulul Qur’an tersebut. Dalam sebuah riwayat, pernah dinyatakan bahwa baginda ralulallah saw hendak menyampaikan berita gembira tentang kapan kah tepatnya malam Nuzulul Qur’an atau Lailatul Qadr tersebut. Namun ketika beliau hendak menyampaikan berita tadi, tiba-tiba terdapat dua orang sahabat yang tengah bertengkar sengit di dalam masjid Nabi, maka melihat kejadian tersebut maka rasulullah enggan menyampaikan kabar berita tersebut, atau tepatnya keinginan untuk menyampaikan itu tiba-tiba sirna ketika melihat kejadian tersebut.
Namun demikian, sesungguhnya dengan tidak jadinya rasulallah mengabarkan berita di atas, terdapat hikmah yang laur biasa bagi ummat seluruhnya; yaitu, agar kita senantiasa bersungguh-sungguh mencari kapan tepatnya malam tersebut tiba. Dengan tidak adanya kabar yang pasti tentang malam Nuzulul Qur’an ini, seharusnya membuat kita tidak bermalas-malas dalam mencari anugerah malam tersebut. Justru dikhawatirkan jika kita telah mengetahui pasti waktu malam Nuzulul Qur’an tersebut, malah kita hanya mengandalkan hari itu untuk beribadah kepada Allah, sementara pada waktu-waktu lainnya kita tinggalkan tanpa nilai ibadah sedikitpun.
Tentu hal ini amat sangat bertolak belakang dengan semangat ramadhan yang merupakan bulan yang tidak hanya menuntut keimanan kita, namun juga keihlasan hati kita untuk beribadah selama satu bulan penuh, atau dalam bahasa agamanya biasa kita kenal dengan istilah “al-iman wa al-ihtisab.” Lalu bagaimana sejarahnya, kenapa kita dan khususnya masyarakat muslim Indonesia memperingati Nuzulul Qur’an ini pada tanggal 17 ramadhan seperti saat sekarang.? Ternyata jika kita membaca sejarah bangsa kita, peringatan Nuzulul Qur’an yang jatuh pada tanggal 17 ramadhan ini tidak lepas dari gagasan H. Agus salim dan persetujuan Bung Karno (Presiden RI pertama). Seperti yang kita maklum bahwa bangsa kita mendeklarasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, Maka sebagai rasa syukur yang tiada terhingga atas nikmat kemerdekaan ini pula, maka perayaan Nuzulul Qur’an disamakan tanggalnya yaitu sama-sama mengambil angka 17 bulan ramadhan. Seakan-akan para fouding fathers kita hendak mengatakan bahwa, mensyukuri nikmat kemerdekaan, tidak kalah dengan mensyukuri nikmat turunnya al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman ummat Islam. Maka mulai saat itu -di zaman Bung Karno- sampai sekarang peringatan nuzulul Qur’an senantiasa diperingati di istana Negara pada tanggal 17 ramadhan dan kerap diikuti oleh sebagian besar ummat muslim di Indonesia. Untuk lebih detailnya silakan dilihat sebuah buku “Bung Karno dan Wacana Islam” (Kenangan 100 Tahun Bung Karno).
Sebetulnya jika kita telusuri keterangan yang berasal dari Hadits nabi Muhammad, bulan suci ramadhan ini tidak hanya dikhususkan bagi turunnya al-Qur’an saja. Namun juga bagi kitab-kitab ummat yang terdahulu, seperti, Injil, Taurat, Zabur dan Shuhuf Ibarahim, seluruhnya Allah turunkan di bulan suci ramadlan ini. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad RA:
“ Shuhuf Ibrahim diturunkan pada awal bulan ramadhan, kemudian Taurat pada tujuh bulan ramadlan, lalu Injil pada 13 ramadlan, sedangkan al-Qur’an pada 25 ramadlan.”
Sekalipun seluruh kitab-kita samawi itu sama-sama diturunkan pada bulan suci ramadhan, namun terdapat beberapa kelebihan al-Qur’an di banding kitab-kitab yang lainnya. Paling tidak kelebihan tersebut dapat dilihat dalam beberapa hal:
1. Bahwa seluruh kitab-kitab samawi Allah turunkan secara sekaligus, sedangkan al-Qur’an Allah turunkan secara berangsur-angsur.
2. Seruan atau petunjuk yang terdapat dalam kitab-kitab samawi terbatas pada ummat saat kitab tersebut diturunkan, sedangkan al-Qur’an petunjuk dan seruannya tidak terbatas pada saat al-Qur’an itu diturunkan, namun mencakup seluruh manusia sampai dengan hari kiamat, bahkan termasuk juga bangsa Jin.
3. Seluruh kitab-kitab samawi tersebut mengalami pemalsuan, distorsi, bahkan hilang sama sekali dari muka dunia, sampai-sampai sekarang kita tidak dapat melihat wujud aslinya, sedangkan al-Qur’an terjaga dari segala bentuk pemalsuan dan penyelewengan seperti di atas. Terdapat suatu riwayat menerangkan (baca: kitab Muwafaqat, Imam Syatibi, Kitab Maqasid. H. 42), kenapa kitab-kitab samawi mengalami penyelewengan atau pemalsuan sedangkan al-Qur’an terjaga dari semua hal itu. Maka dijawab oleh Qadhi Abu Ishaq Ismail bin Ishaq, bahwa berkenaan dengan kitab-kitab terdahulu kenapa sempat terjadi pemalsuan dan penyelewengan, hal itu karena Allah berfirman dalam al-Qur’an: “Sebagaimana Allah memerintahkan mereka untuk menjaga Kitab Allah (Al-Maidah: 44). Ayat ini mengandung pengertian bahwa, keutuhan dan keotentikan kitab suci mereka “murni” tergantung pada usaha mereka untuk menjaganya. Sedangkan pada al-Qur’an Allah tidak berkata demikian, akan tetapi “ Sesungguhnya Kami telah turunkan al-Qur’an dan Kami pula yang akan menjaganya” (al-Hijr: 9). Artinya, keutuhan dan keotentikan Al-Qur’an tidak semata-mata murni usaha manusia atau umat muslim saja, namun juga terdapat interfensi Allah Swt atasnya. Maka sangat wajar, jika sesuatu yang dilandaskan pada kekuatan yang berasal dari Allah sendiri, akan berbeda dengan kekuatan yang hanya berasal dari manusia saja.
4. Kelebihan “surat” al-Quran atas “surat-surat” kitab terdahulu. Para ulama tafsir berkata: “Al Quran lebih unggul dari kitab-kitab samawi lainnya sekalipun semuanya turun dari Allah, dengan beberapa hal, diantaranya: jumlah suratnya lebih banyak dari yang ada pada semua kitab-kitab yang lain. Telah disebutkan dalam sebuah hadis bahwa Nabi kita Muhammad saw. diberi kekhususan dengan surat Al-Faatihah dan penutup surat Al-Baqarah. Di dalam Musnad Ad Darimi disebutkan, dari Abdullah bin Mas’ud ra. ia berkata: “Sesungguhnya Assab’uthiwal (Tujuh surat panjang dalam Alquran; Al-Baqarah, Ali-Imran, An-Nisaa,, Al-A’raaf, Al-An’aam, Al-Maa-idah dan Yunus) sama seperti taurat, Al-Mi’in (Surat-surat yang berisi kira-kira seratus ayat lebih, seperti Hud, Yusuf, Mu’min dan lain sebagainya) sama seperti Zabur dan Al-Matsani (Surat-surat yang berisi kurang dari seratus ayat. Seperti, Al-Anfaal, Al-Hijr dan lain sebagainya) sama dengan kitab Injil. Dan sisanya merupakan tambahan”. Dikeluarkan oleh Imam Ahmad dan Thabrani, dari Wasilah bin Al-Asqa, bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Telah diturunkan kepadaku Assab’uthiwal sebagai ganti yang ada pada Taurat. Diturunkan kepadaku Al Mi’in sebagai ganti yang ada pada Zabur. Diturunkan kepadaku Al Matsani sebagai ganti yang ada pada Injil, dan aku diberi tambahan dengan Al Mufashshal (surat-surat pendek).
Sebagaimana tema kita yaitu, apa urgensi al-Qur’an dalam Kehidupan Muslim. Namun sebelumnya perlu disampaikan bahwa sekalipun isi al-Quran banyak menceritakan tentang kisah-kisah ummat terdahulu, akan tetapi al-Qur’an bukanlah kitab sejarah, atau sekalipun al-Qur’an sering menggambarkan alam kosmos beserta galaksinya, akan tetapi al-Quran tidak dapat kita sebut sebagai kitab astronomi. Atau sekalipun al-Quran sering mengupas tentang bentuk penciptaan manusia secara detail dan juga penciptaan alam raya ini, akan tetapi al-Quran bukanlah kitab pengetahuan Alam atau fisika. Melainkan yang tepat adalah al-Quran sebagai kitab hidayah atau petunjuk bagi seluruh alam. Jadi sekiranya terdapat cerita atau gambaran tentang hal-hal yang bertalian dengan geografi, sejarah, fisika, kedokteran dan lain-lain, hal tersebut hanyalah berfungsi sebagai bukti dan penjelasan untuk mencapai kepada satu tujuan hidayah yang Allah maksud tadi.
Maka dari itu, terdapat beberapa syarat agar kita dapat menemukan hidayat yang dimaksud oleh Allah swt dalam kandungan yang terdapat dalam al-Qur’an.
1. Kita harus terlebih dahulu membaca al-Quran tersebut secara seksama, hal ini sebagaimana pesan wahyu pertama dalam surat al-Alaq, yang berbunyi (Iqra’) atau bacalah.
2. Kita harus memahami isi dan kandungan yang terdapat dalam surat dan ayat yang kita baca tadi. Hal ini disebabkan membaca saja tidak cukup untuk mengetahui rahasia kandungan dan maksud yang Allah maksud dalam al-Qur’an tersebut.
3. Setelah kita memahami isi dan kandungan al-Qur’an barulah kita mengajarkan kepada orang lain, agar orang lain pun dapat membaca dan memahami al-Quran secara baik. Sebagaimana hadits nabi yang diriwatkan oleh Usman bin Affan ra. dari Nabi saw. ia bersabda; “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Alquran dan mengajarkannya kepada orang lain”.(Bukhari) . Al hafiz Ibnu Katsir dalam kitabnya Fadhail Quran halaman 126-127 berkata: Maksud dari sabda Rasulullah saw. “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkan kepada orang lain” adalah, bahwa ini sifat-sifat orang-orang mukmin yang mengikuti dan meneladani para rasul. Mereka telah menyempurnakan diri sendiri dan menyempurnakan orang lain. Hal itu merupakan gabungan antara manfaat yang terbatas untuk diri mereka dan yang menular kepada orang lain.
4. Mengamalkan ajaran dan kandungan yang terdapat dalam al-Qur’an. Pada tahap pengamalan inilah yang sangat berat, sebab pengetahuan yang didapat akan tidak berguna jika tidak dibarengi dengan pengamalan dalam prilaku dan perangai kita setiap harinya.
Dari keempat syarat ini barulah al-Qur’an akan dapat dirasakan manfaatnya oleh kita semua, oleh sebab al-Quran merupakan kitab petunjuk/hidayah. Apalagi jika kita benturkan dengan kebutuhan hidup saat ini. Di mana setiap orang dengan segala kemajuan dan kecanggihan yang dicapai oleh manusia, justru malah mereka mencari suatu sistem nilai yang mereka anggap absolut. Kita sebagai ummat Islam tentu tidak perlu lagi meragukan apalagi mencari-cari sistem nilai lagi kecuali pada al-Qur’an itu sendiri. Perlu dicatat bahwa kemunduran ummat Islam bukan terletak pada inti ajaran al-Qur’an atau disebabkan ummat Islam setia pada ajaran al-Qur’annya, sehingga alam pikir dan daya kreatifitas mereka terhambat oleh al-Qur’an, akan tetapi justru dikarenakan faktor budaya dan ummat Islam malah sedikit demi sedikit telah menjauhkan dari al-Qur’an.
Satu contoh, sangat ironis memang, di saat ajaran al-Quran menganjurkan kepada ummatnya untuk membaca, namun kenyataannya Negara dan ummat yang terbesar buta hurufnya justru adalah ummat Islam. Dapat kita lihat pula, terkait dengan minat baca umat Islam Indonesia, dan orang Indonesia secara umum sangatlah lemah. Namun sebagai negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia, adalah ironis bahwa Muslim Indonesia belum mampu menerjemahkan wahyu pertama dalam kehidupan sehari-hari. Di belahan lain dunia Islam, kondisinya lebih baik. Di India dan Iran misalnya. Di kedua negara tersebut tradisi keilmuan yang memang telah lama mengakar terus lestari hingga kini. Dalam sejarahnya, bangsa Indonesia tidak memiliki satu peradaban dengan tradisi baca-tulis (baca: keilmuan) yang kuat. Dibutuhkan lebih dari sekedar kerja keras untuk menggapai hal itu. Nuzulul Quran bisa menjadi jawaban untuk semua itu. Dengan merujuk pada Al-Quran, adalah sahih untuk mengatakan bahwa menjadi seorang Muslim yang baik adalah menjadi pembaca yang baik. Semoga momentum Nuzulul Quran rasanya layak dijadikan pijakan awal transformasi budaya untuk lebih bersahabat dengan bacaan dan tulisan.
Sebagaimana yang telah kita singgung barusan bahwa Surat al-‘Alaq ayat 1-5 adalah wahyu verbal pertama yang diterima Nabi saw. Dalam kisah pewahyuan ayat-ayat ini, Nabi dikisahkan ‘dipaksa’ oleh malaikat Jibril untuk membaca (iqra’/bacalah! ). Tapi saat itu Nabi merespon dengan menjawab “Saya bukanlah seorang yang bisa membaca”. Ada sebuah analisis menarik dari Tariq Ramadan tentang peristiwa ini. Dia menulis bahwa karena Nabi adalah seorang ummi saat itu Nabi “mengungkapkan ketidakmampuan logis dan bila kemudian Nabi mampu membaca hal itu karena spiritualitas yang terkandung di dalam kalimat—‘dengan nama Tuhanmu’—membuka akses terhadap dimensi lain ilmu pengetahuan”.
Setidaknya ada beberapa hal yang menarik untuk dibicarakan.
Pertama adalah bahwa Nabi saw., seorang ummi—tentang hal ini ada hikmah tersendiri dalam ayat lain—‘dipaksa’ untuk membaca. Hal ini memberikan impresi betapa Islam menekankan pentingnya membaca hingga dipilih seorang ummi, yang dipaksa untuk membaca, untuk menyampaikan pesan-pesannya.
Kedua, keharusan untuk menyertakan spiritualitas dan keimanan dalam aktifitas pembacaan itu. Tentu hal itu tidak berarti meminggirkan peran nalar dalam proses pembacaan. Sebaliknya, rasionalitas (baca: ta’aqqul, tadabbur) adalah komponen utama dalam proses memahami dan menafsirkan ‘bacaan’, namun hal ini tidak boleh meminggirkan keimanan dan spiritualitas dalam prosesnya. Selanjutnya, dalam analisis semantik bahasa Arab , pembuangan objek dari kata iqra’ memiliki implikasi bahwa objek yang dibaca adalah umum—disamping tentu saja Al-Quran sebagai kitab suci. Karenanya seorang yang beriman pada Al-Quran tidak perlu membatasi materi bacaan selama pembacaannya selalu menyertakan ismi Rabbik. Pada tataran epistemologis frase bismi Rabbik dapat dilihat sebagai rambu-rambu dalam ‘membaca’. Pembacaan tanpa menggunakan ismi Rabbik, katakanlah seperti filsafat sekuler—jika istilah ini disetujui, dapat melahirkan proses dan hasil yang berbeda dengan hasil pembacaan yang, sebutlah, Islami. Untuk sekedar menyebut contoh, bagi seorang rasionalis keraguan adalah metode epistemologis yang valid untuk mencapai kebenaran. Tapi hal ini ditolak oleh Al-Quran (10:36). Perintah membaca pada ayat pertama surat Al-‘Alaq dilanjutkan dengan isyarat terhadap pentingnya tulisan pada ayat keempat dan kelima. Tentang kaitan antara ayat 3-4 dan ayat sebelumnya, Al-Biqa’i menyatakan bahwa Allah mengajarkan pada Nabi saw. sekalipun saat itu beliau adalah seorang ummi sebagaimana Allah mengajarkan ilmu pada orang bodoh dengan pena. Disini terdapat penekanan terhadap pentingnya penulisan sebagai sarana transmisi ilmu yang dalam Islam mendapat tempat yang tinggi. Diantaranya adalah harus tersedianya sumber buku di Negara kita.
Dalam hal ini, berdasarkan data dari Intenational Publisher Association Kanada, produksi perbukuan paling tinggi ditunjukkan oleh Inggris, yaitu mencapai rata-rata 100 ribu judul buku per tahun. Tahun 2000 saja sebanyak 110.155 judul buku. Posisi kedua ditempati Jerman dengan jumlah judul buku yang diterbitkan pada tahun 2000 mencapai 80.779 judul, Jepang sebanyak 65.430 judul buku. Sementara itu, Amerika Serikat menempati urutan keempat. Indonesia pada tahun 1997 pernah menghasilkan lima ribuan judul buku. Tetapi, tahun 2002 tercatat hanya 2.700-an judul. Sangat jauh apabila dibandingkan dengan produksi penerbitan buku tingkat dunia. Belum lagi jika kita hendak kaitkan dengan angka rasio doktoral di setiap Negara, Almarhum Nurcholish Madjid pernah menyanyangkan rendahnya kualitas SDM bangsa kita di banding bangsa-bangsa lainnya, terutama dari bangsa-bangsa Barat. Kita lihat saja, berdasarkan data internasional atas angka rasio doktoral di setiap Negara dihitung per-satu juta kepala, yaitu diantaranya: Mesir dari satu juta penduduk Mesir terdapat 400 doktor, India dari satu juta orang India terdapat 600 doktor, Amerika terdapat 6.500 doktor, Israel (Yahudi) terdapat 65.000. Sedangkan Indonesia, dari satu juta orang Indonesia hanya ada 75 doktor. Tentu untuk bisa bersaing dengan bangsa-bangsa yang lain kita harus lebih meningkatkan SDM kita khususnya dalam dunia pendidikan. Semoga dengan momentum Nuzulul Qur’an ini, kita dapat tergugah untuk meningkatkan kadar membaca kita, tentunya bacaan yang tidak melupakan aspek spiritualitas yang terkandaung dalam kalamt “bismirabbika” tadi. Dengannya kita dapat lebih mendekatkan diri kepada hidayah Allah swt. Sebab apa gunanya ilmu pengetahuan yang kita miliki, jika ia hanya akan menjauhkan diri kita dari keridlaan Allah swt. Wallahu’alam

Selasa, 30 Juni 2015

KONSEP PENERAPAN PENDIDIKAN FULL DAY SCHOOL BERKARAKTER
Madrasah Terpadu MI, MTs & MA Bina Ummah Kota Batam

Oleh
Lalu Muhammad Nurul Wathoni, M.Pd.I.
KEPALA MADRASAH BINA UMMAH

Pada dasarnya sistem pendidikan fullday school dan terpadu di MI, MTs dan MA Bina Ummah perogram terencana TP 2015-2016 yang tidak pernah diimplementasikan sebelumnya ini muncul karena beberapa alasan, baik akademis maupun sosiologis. Secara akademis, sistem pendidikan fullday school dan terpadu dimaksudkan untuk meningkatkan volume dan mutu hasil belajar Madrasah Bina Ummah dengan menyediakan waktu belajar yang lebih lama di madarasah. Dan secara sosiologis, sistem pendidikan ini merupakan salah satu bentuk reaksi madrasah terhadap tuntutan globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Jika hal ini tidak ditanggapi secara bijak maka anak-anak didik bisa menjadi korbannya, terutama dampak dari teknologi komunikasi. Dengan semakin canggihnya perkembangan di dunia komunikasi, dunia seolah-olah menjadi tanpa batas (borderless world). Informasi begitu derasnya masuk ke rumah-rumah kita. Sistem pendidikan fullday school dan terpadu lahir sebagai salah satu solusi alternatif untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, baik dalam hal prestasi maupun moral.


Dan yang dimaksud dengan sistem pendidikan fullday school dan terpadu Madrasah Bina Ummah adalah sistem pendidikan dengan waktu belajar sehari penuh yang memadukan berbagai disiplin pelajaran yang berpusat pada suatu masalah atau topik berdasarkan kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat dan yang memadukan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengembangan kepribadian peserta didik yang terintegrasi. Sistem pendidikan fullday school dan terpadu Madrasah Bina Ummah adalah proses integrated activity and integrated curriculum dengan metode pengajaran yang menarik minat, kreatif, dan inovatif disertai pengayaan (enrichment dan remedial).


Adapun tujuan sistem pendidikan fullday school dan terpadu Madrasah Bina ummah adalah untuk memberikan dasar yang kuat untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan/ Intelegence Quotient (IQ), Emosional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ) dengan berbagai inovasi yang efektif dan aktual. Kurikulum Madrasah Bina Ummah akan didesain untuk menjangkau masing-masing bagian dari perkembangan ini yakni untuk mengembangkan kreatifitas yang mencakup integritas dan kondisi tiga ranah (ranah kognitif, afektif dan psikomotorik).


Durasi jam efektif belajar fullday school pada MI, MTs dan MA Bina Ummah adalah mulai jam 07.00 WIB sampai dengan jam 15.30 WIB. Meski aktifitas siswa lebih banyak dilakukan di madrasah namun proses pembelajaran in sya Allah tidak akan membosankan karena proses pembelajaran tidak hanya berlangsung di dalam kelas melainkan juga di luar kelas anadaikan di dalam kelas maka banyak metode yang akan dikombinasikan dengan menggunakan pemebelajaran sistem Audio Visual. Dengan demikian, peserta didik tidak merasa terbebani oleh lamanya waktu belajar di Madrasah sebab model pembelajaran fullday school dan terpadu menggunakan metode pembelajaran dialogis-emansipatoris. Untuk menghindari dampak negatif program fullday school seperti siswa/i akan kelelahan setiba di rumah, kemudian tidur, dan malamnya pun mereka dituntut untuk belajar, maka solusi yang akan diterapkan yaitu pembelajaran Tak hanya menekankan sisi akademis, tapi juga menyeimbangkannya dengan memasukkan unsure lain seperti social, emosional, fisik, hingga spiritual di harapkan tetap dapat berjalan seimbang,”


Dalam menjalankan program ini, penulis akan memaparkan Konsep dan Pengelolaan Fullday School dan Madrasah Terpadu MI, MTs dan MA Bina Ummah dengan memperhatikan hal-hal berikut:

1) Kesiapan dan Keterlibatan Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Bina Ummah dalam Pembiasaan Siswa.
Sebelum guru membentuk karakter muridnya maka guru harus menjadikan dirinya orang yang berkarakter kuat lebih dahulu, sebelum dia akhirnya melahirkan murid‐murid yang berkarakter kuat melalui contoh dan keteladanan (Hamka, 2012:233).
Keterlibatan pendidik dalam kegiatan pembisaan siswa dapat memunculkan keteladanan tenaga pendidik. Tanpa adanya keterlibatan tenaga pendidik dalam kegiatan pembiasaan siswa, maka tidak ada nilai‐nilai keteladanan yang bisa diambil oleh siswa dalam upaya pembentukan karakternya. Hal-hal yang yang perlu diperhatikan masalah Keterlibatan guru adalah:
a. Guru Berkualifikasi; Setidaknya Kriteria sebagai pengajar di Madrasah Bina Ummah adalah muslim, taat beribadah, bisa menbaca al‐quran, dan mengerti dasar‐dasar Islam. Oleh Sebab itu, Madrasah Bina Ummah seyogyanya memberikan pembinaan kepada para guru dan tenaga pendidik dalam bentuk majelis ta’lim setiap minggu. Adapun materi yang diberikan dalam kegiatan pembinaan tersebut adalah, aqidah, tafsir, nilai‐nilai Islam dan bentuk pelayanan prima kepada siswa. Denga pembinaan guru melalui majelis ta’lim diharapkan guru memiliki kriteria‐keiteria sebagai pendidik sebagaimana yang dikatakan oleh Dr. Ahmad Farid yaitu; (1) Memiliki akidah yang benar sesuai dengan akidah para sahabat Rasulullah; (2) Memiliki pola pikir yang benar; (3) Terbukti memiliki ahlak dan sopan santun yang baik; (4) Memiliki wibawa yang baik serta senantiasa memegang teguh petunjuk Nabi dalam berpenampilan; (5) Senantiasa mengikuti shalat jama’ah dan rajin menghadiri pengajian; (6) Memiliki perhatian dan hubungan dengan Al‐Qur’an dan bagaimana cara membacanya dengan benar; (7) Rajin melaksanakan shalat sunah disamping shalat‐shalat fardhu; (8) Memiliki kemapanan ekonomi, dan tidak disibukan dengan urusan duniawi dan nafsu menumpuk kekayaan; dan (9) Memiliki pengalaman di dunia dakwah.
b. Guru memiliki Integrasi pendidikan karakter yang dilakukan dengan cara mengaitkan nilai‐nilai karakter pada materi pembelajaran yang diampunya. Setiap guru dituntut untuk terus meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pendidikan karakter, yang dapat dintergrasikan kedalam pendidikan karakter baik secara mandiri maupun melalui pembinaan‐pembinaan yang dilaksanakan oleh madrasah. Integrasi nilai‐nilai karakter yang dilakukan oleh guru di Madrasah Bina Ummah dilakukan dengan beberapa metode, yaitu; metode hiwar; qishas; Audio Visual; Variasi Tempat Belajar dan pembiasaan. Metode qisah (bercerita) merupakan metode mengawali pembelajaran dengan cara memberikan kisah‐kisah yang menarik dan berupaya mengambil pelajaran atau hikmah dari kisah tersebut. Metode Audio Visual; sistem pelajaran dengan media baik video, poworpoint ataupun media peraktik lainnay. Metode Variasi Tempat Belajar yaitu siswa diberikan kebebasan untuk memilih tempat belajar seperti di taman sekolah, tempat parkir, kantin maupun di alam bebas suapaya siswa tidak merasa terbebani oleh lamanya waktu belajar di Madrasah. Metode hiwar (dialog/sapa-menyapa) mempunyai dampak yang sangat mendalam terhadap jiwa pendengar (mustami’) atau pembaca yang mengikuti percakapan dengan seksama dan penuh perhatian. Hal ini disebabkan bebrapa hal yaitu; (1) Pembelajaran menjadi tidak membosankan, karena kedua belah pihak akan terus saling berinteraksi; (2) Siswa akan terus mengikuti jalannya percakapan dengan maksud mengetahui kesimpulan pelajaran yang disampaikan; (3) Metode ini dapat membangkitkan berbagai perasaan dan kesan seseorang. Metode pembiasaan perlu dilakukan untuk membiasakan siswa melakukan ahlak terpuji, pembiasaan perogram baik yang dilakukan selama proses belajar‐mengajar maupun diluar peroses belajar mengajar, diantaranya adalah;
ü Penyambutan Siswa
ü Pembimbingan Ibadah Sunnah dan Fardu
ü Memperhatikan aktifitas dan Pergaulan siswa; mengarahkan/ menegur
ü Mendahulukan sikap dari pada Ucapan seperti, guru lebih dahulu sampai disekolah dari siswa, lebih dahulu berwudu sebelum siswa, lebaih dahulu di masjid sebelum siswa, berkata soapan dll.
ü Dzikir, Shalat sunnah dan membaca Al qur’an setelah shalat Fardu.
ü Pembiasaan Kegitan Mentoring; Dalam kegiatan mentoring, siswa diajak mengahafal doa‐doa harian dan hadis‐hadis pilihan yang berkaitan dengan aqidah dan ahlak. Seperti kegiatan PHDT (pembiasaan Hadits doa dan Tahfizh)
ü Penanaman kesenangan dalam melaksanakan kegiatan ibadah yaumiyyah
ü Pengarahan untuk patuh kepada aturan sekolah dan
ü Penananaman sikap ikram (hormat) kepada guru
ü selalu mengaitkan nilai‐nilai karakter pada materi‐materi pembelajaran dalam materi pembelajaran yang diampunya
ü Penanaman Nilai Akhlak Islami
ü Pembacaan ayat suci al‐Qur’an dari setiap kelas secara bergantian
ü Absensi siswa setiap kegiatan Ibadah
ü Persiapan Perangkat Pembelajaran 1 Minggu stiap hari Sabtu.
(perogram tersebut akan disusun dalam bentuk tabel)


2) Kesiapan Program Pembiasaan pendidikan karakter yang akan diterapkan Siswa/i Madrasah Bina Ummah
Sesuai dengan apa yang di katakan Heru Nugroho (2012:102) dalam penelitiannya yaitu jika sekolah ingin mendapatkan hasil yang maksimal mengenai pendidikan karakter, maka sekolah harus (1) Memiliki program kegiatan di luar pembelajaran yang berbasis nilai‐nilai Islam, (2) Sekolah harus menyediakan guru yang memiliki ahlak dan perilaku yang baik serta mempunyai kemampuan dalam mengajarkan pendidikan karakter berbasis nilai‐nilai Islam, (3) sekolah harus melibatkan atau bekerja sama dengan dengan orang tua.
Mengenai upaya meningkatkan akhlak, al‐Ghazali (2011:304), menegaskan pandangannya bahwa penigkatan ahlak dapat dilakukan dengan tazkiyatun nafs melalui riyadhah al‐nafs (latihan kepribadian). Tazkiyatun nafs adalah ikhtiar untuk membentuk pribadi yang sempurna yang terealisasi dalam ketaatan dan kegiatan beramal shaleh dalam kehidupannya. Nilai‐nilai tazkiyatun nafs juga didapatkan pada kegiatan pembiasaan yang rutin dan pembiasaan terprogam dalam Kurikulum Madrasah Bina Ummah. Kegiatan Pembiasaan Merupakan proses pembentukan akhlaq dan penanaman/ pengamalan ajaran Islam. Adapun Kegiatan pembiasaan rutin, pendidikan karakter dan Pembiasaan terprogram di Madrasah Bina Ummah meliputi:
I. Kegitan Pembiasan Rutin Pendidikan Berkarakter
1. Baca tulis Al‐Qur’an,
2. tahfidzul qur’an,
3. Tilawatul Qur’an
4. Hari Bahasa arab
5. Hari Bahasa Inggris
6. Sholat Fardu Berjamaah
7. Shalat Sunnah Duha
8. Makan dan minum sesuai dengan adab Islami
9. Sopan santun dalam pergaulan
10. Tadarus Al‐Quran
11. Pembinaan Tilawah Qur’an
12. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
13. Infak Mingguan
14. Puasa Sunnah Senin & Kamis

II. Kegiatan Terprogram:
1. Penghijauan
2. Gotong Royong
3. Study Tour
4. PHBI
5. Peringatan Hari Besar Nasional & Pendidikan
6. Camping
7. Pertandingan & Perlombaan; Porseni, O2SN, Porseni, KSM, Aksioma dll
8. dll
(perogram-program tersebut akan disusun dalam bentuk tabel)

3) Kesiapan fasilitas
Tidak bisa dipungkiri lagi fasilitas adalah salah satu sarana untuk suksesnya program lembaga pendidikan yang dirintisnya. Fasilitas yang memadai dan mengikuti perkembangan teknologi masa kini, akan menjadi nilai lebih yang bisa dipertimbangkan oleh setiap calon wali murid yang akan menyekolahkan anaknya. Karena orang yang dilihat pertama kali adalah bagaimana fasilitas dari suatu lembaga pendidikan yang ditawarkan.
Walaupun mengesampingkan kesan mewah atau terlalu mahal sebagai biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh setiap wali murid, jika suatu lembaga pendidikan mampu menjalankan secara profesional maka akan sebanding dengan biaya yang harus dibayarkan sebagai ganti dari hasil pendidikan yang terbaik untuk anaknya.

4) Kesiapan Kurikulum
Kurikulum menjadi faktor terpenting dalam dunia pendidikan. Dalam sekolah yang berbasis fullday, kurikulum yang digunakan adalah “Integrated-Activity” dan “Integrated-Curriculum”. Artinya seluruh program dan aktivitas anak yang ada di sekolah ; mulai dari belajar, bermain, makan, dan beribadah dikemas dalam suatu sistem pendidikan. Kurikulum yang sudah terencana dengan baik, dijalankan oleh orang-orang yang kompeten didalamnya maka perjalanan proses pembelajaran yang dalam hal ini adalah siswa sebagai subjek pembelajaran akan berjalan sesuai harapan. Kurikumnya itu harus disesuaikan dengan kesukaran dan tidaknya mata pelajaran, mata pelajaran yang sukar membutuhkan energi dan semangat lebih maka senatiasa di tempatkan pada jam Awal.


5) Evaluasi yang kontinyu
Tidak bisa dipungkiri dalam setiap perjalanan suatu lembaga pendidikan, berbagai konsep yang telah dijelaskan di atas pasti mengalami kendala atau problem. Maka evaluasi secara kontinyu adalah menjadi solusi terbaik untuk memecahkan atau mencari jalan keluarnya. Berbagai komponen yang terlibat baik dari lembaga, kepala sekolah, guru dan yang lain harus memiliki cara evaluasi yang cerdas dalam menyelesakan setiap masalah.
Dalam ilmu psikologi, pendidikan merupakan applied dari psikologi yang tidak boleh menonjolkan salah satu fungsi saja dari kejiwaan anak. Misalnya, jika yang ditonjolkan fungsi pikir saja maka akan cenderung ke intelektualitas, dan jika yang ditonjolkan fungsi rasanya saja maka akan cenderung ke emosionalitas. Oleh karena itu, perlu upaya untuk mengintegrasikan dan mengharmoniskan fungsi-fungsi kejiwaan anak tersebut dalam proses pembentukan kejiwaan (pendidikan) anak.

Demikian ulasan Konsep Penerapan Pendidikan Full Day School Berkarakter Madrasah terpadu MI, MTS & MA Bina Ummah Kota Batam, ini dibuat sebagai bentuk ikhtiar mengembangkan sistem pendidikan di Madrasah Bina Ummah sebagai acuan/ materi workshop pengembangan kurikum KTSP dan K-13 Madrasah Bina Ummah TP 2015/2016. Mudahan tulisan ini bisa memenuhi hajat tersebut sehingga pendidikan Madrasah Bina Ummah semakin bermutu dan kedepannya mampu menjadi Pilot Project Madrasah di Kota Batam.


Batam, 01 Juli 2015