Selasa, 30 Juni 2015

KONSEP PENERAPAN PENDIDIKAN FULL DAY SCHOOL BERKARAKTER
Madrasah Terpadu MI, MTs & MA Bina Ummah Kota Batam

Oleh
Lalu Muhammad Nurul Wathoni, M.Pd.I.
KEPALA MADRASAH BINA UMMAH

Pada dasarnya sistem pendidikan fullday school dan terpadu di MI, MTs dan MA Bina Ummah perogram terencana TP 2015-2016 yang tidak pernah diimplementasikan sebelumnya ini muncul karena beberapa alasan, baik akademis maupun sosiologis. Secara akademis, sistem pendidikan fullday school dan terpadu dimaksudkan untuk meningkatkan volume dan mutu hasil belajar Madrasah Bina Ummah dengan menyediakan waktu belajar yang lebih lama di madarasah. Dan secara sosiologis, sistem pendidikan ini merupakan salah satu bentuk reaksi madrasah terhadap tuntutan globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Jika hal ini tidak ditanggapi secara bijak maka anak-anak didik bisa menjadi korbannya, terutama dampak dari teknologi komunikasi. Dengan semakin canggihnya perkembangan di dunia komunikasi, dunia seolah-olah menjadi tanpa batas (borderless world). Informasi begitu derasnya masuk ke rumah-rumah kita. Sistem pendidikan fullday school dan terpadu lahir sebagai salah satu solusi alternatif untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, baik dalam hal prestasi maupun moral.


Dan yang dimaksud dengan sistem pendidikan fullday school dan terpadu Madrasah Bina Ummah adalah sistem pendidikan dengan waktu belajar sehari penuh yang memadukan berbagai disiplin pelajaran yang berpusat pada suatu masalah atau topik berdasarkan kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat dan yang memadukan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengembangan kepribadian peserta didik yang terintegrasi. Sistem pendidikan fullday school dan terpadu Madrasah Bina Ummah adalah proses integrated activity and integrated curriculum dengan metode pengajaran yang menarik minat, kreatif, dan inovatif disertai pengayaan (enrichment dan remedial).


Adapun tujuan sistem pendidikan fullday school dan terpadu Madrasah Bina ummah adalah untuk memberikan dasar yang kuat untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan/ Intelegence Quotient (IQ), Emosional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ) dengan berbagai inovasi yang efektif dan aktual. Kurikulum Madrasah Bina Ummah akan didesain untuk menjangkau masing-masing bagian dari perkembangan ini yakni untuk mengembangkan kreatifitas yang mencakup integritas dan kondisi tiga ranah (ranah kognitif, afektif dan psikomotorik).


Durasi jam efektif belajar fullday school pada MI, MTs dan MA Bina Ummah adalah mulai jam 07.00 WIB sampai dengan jam 15.30 WIB. Meski aktifitas siswa lebih banyak dilakukan di madrasah namun proses pembelajaran in sya Allah tidak akan membosankan karena proses pembelajaran tidak hanya berlangsung di dalam kelas melainkan juga di luar kelas anadaikan di dalam kelas maka banyak metode yang akan dikombinasikan dengan menggunakan pemebelajaran sistem Audio Visual. Dengan demikian, peserta didik tidak merasa terbebani oleh lamanya waktu belajar di Madrasah sebab model pembelajaran fullday school dan terpadu menggunakan metode pembelajaran dialogis-emansipatoris. Untuk menghindari dampak negatif program fullday school seperti siswa/i akan kelelahan setiba di rumah, kemudian tidur, dan malamnya pun mereka dituntut untuk belajar, maka solusi yang akan diterapkan yaitu pembelajaran Tak hanya menekankan sisi akademis, tapi juga menyeimbangkannya dengan memasukkan unsure lain seperti social, emosional, fisik, hingga spiritual di harapkan tetap dapat berjalan seimbang,”


Dalam menjalankan program ini, penulis akan memaparkan Konsep dan Pengelolaan Fullday School dan Madrasah Terpadu MI, MTs dan MA Bina Ummah dengan memperhatikan hal-hal berikut:

1) Kesiapan dan Keterlibatan Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Bina Ummah dalam Pembiasaan Siswa.
Sebelum guru membentuk karakter muridnya maka guru harus menjadikan dirinya orang yang berkarakter kuat lebih dahulu, sebelum dia akhirnya melahirkan murid‐murid yang berkarakter kuat melalui contoh dan keteladanan (Hamka, 2012:233).
Keterlibatan pendidik dalam kegiatan pembisaan siswa dapat memunculkan keteladanan tenaga pendidik. Tanpa adanya keterlibatan tenaga pendidik dalam kegiatan pembiasaan siswa, maka tidak ada nilai‐nilai keteladanan yang bisa diambil oleh siswa dalam upaya pembentukan karakternya. Hal-hal yang yang perlu diperhatikan masalah Keterlibatan guru adalah:
a. Guru Berkualifikasi; Setidaknya Kriteria sebagai pengajar di Madrasah Bina Ummah adalah muslim, taat beribadah, bisa menbaca al‐quran, dan mengerti dasar‐dasar Islam. Oleh Sebab itu, Madrasah Bina Ummah seyogyanya memberikan pembinaan kepada para guru dan tenaga pendidik dalam bentuk majelis ta’lim setiap minggu. Adapun materi yang diberikan dalam kegiatan pembinaan tersebut adalah, aqidah, tafsir, nilai‐nilai Islam dan bentuk pelayanan prima kepada siswa. Denga pembinaan guru melalui majelis ta’lim diharapkan guru memiliki kriteria‐keiteria sebagai pendidik sebagaimana yang dikatakan oleh Dr. Ahmad Farid yaitu; (1) Memiliki akidah yang benar sesuai dengan akidah para sahabat Rasulullah; (2) Memiliki pola pikir yang benar; (3) Terbukti memiliki ahlak dan sopan santun yang baik; (4) Memiliki wibawa yang baik serta senantiasa memegang teguh petunjuk Nabi dalam berpenampilan; (5) Senantiasa mengikuti shalat jama’ah dan rajin menghadiri pengajian; (6) Memiliki perhatian dan hubungan dengan Al‐Qur’an dan bagaimana cara membacanya dengan benar; (7) Rajin melaksanakan shalat sunah disamping shalat‐shalat fardhu; (8) Memiliki kemapanan ekonomi, dan tidak disibukan dengan urusan duniawi dan nafsu menumpuk kekayaan; dan (9) Memiliki pengalaman di dunia dakwah.
b. Guru memiliki Integrasi pendidikan karakter yang dilakukan dengan cara mengaitkan nilai‐nilai karakter pada materi pembelajaran yang diampunya. Setiap guru dituntut untuk terus meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pendidikan karakter, yang dapat dintergrasikan kedalam pendidikan karakter baik secara mandiri maupun melalui pembinaan‐pembinaan yang dilaksanakan oleh madrasah. Integrasi nilai‐nilai karakter yang dilakukan oleh guru di Madrasah Bina Ummah dilakukan dengan beberapa metode, yaitu; metode hiwar; qishas; Audio Visual; Variasi Tempat Belajar dan pembiasaan. Metode qisah (bercerita) merupakan metode mengawali pembelajaran dengan cara memberikan kisah‐kisah yang menarik dan berupaya mengambil pelajaran atau hikmah dari kisah tersebut. Metode Audio Visual; sistem pelajaran dengan media baik video, poworpoint ataupun media peraktik lainnay. Metode Variasi Tempat Belajar yaitu siswa diberikan kebebasan untuk memilih tempat belajar seperti di taman sekolah, tempat parkir, kantin maupun di alam bebas suapaya siswa tidak merasa terbebani oleh lamanya waktu belajar di Madrasah. Metode hiwar (dialog/sapa-menyapa) mempunyai dampak yang sangat mendalam terhadap jiwa pendengar (mustami’) atau pembaca yang mengikuti percakapan dengan seksama dan penuh perhatian. Hal ini disebabkan bebrapa hal yaitu; (1) Pembelajaran menjadi tidak membosankan, karena kedua belah pihak akan terus saling berinteraksi; (2) Siswa akan terus mengikuti jalannya percakapan dengan maksud mengetahui kesimpulan pelajaran yang disampaikan; (3) Metode ini dapat membangkitkan berbagai perasaan dan kesan seseorang. Metode pembiasaan perlu dilakukan untuk membiasakan siswa melakukan ahlak terpuji, pembiasaan perogram baik yang dilakukan selama proses belajar‐mengajar maupun diluar peroses belajar mengajar, diantaranya adalah;
ü Penyambutan Siswa
ü Pembimbingan Ibadah Sunnah dan Fardu
ü Memperhatikan aktifitas dan Pergaulan siswa; mengarahkan/ menegur
ü Mendahulukan sikap dari pada Ucapan seperti, guru lebih dahulu sampai disekolah dari siswa, lebih dahulu berwudu sebelum siswa, lebaih dahulu di masjid sebelum siswa, berkata soapan dll.
ü Dzikir, Shalat sunnah dan membaca Al qur’an setelah shalat Fardu.
ü Pembiasaan Kegitan Mentoring; Dalam kegiatan mentoring, siswa diajak mengahafal doa‐doa harian dan hadis‐hadis pilihan yang berkaitan dengan aqidah dan ahlak. Seperti kegiatan PHDT (pembiasaan Hadits doa dan Tahfizh)
ü Penanaman kesenangan dalam melaksanakan kegiatan ibadah yaumiyyah
ü Pengarahan untuk patuh kepada aturan sekolah dan
ü Penananaman sikap ikram (hormat) kepada guru
ü selalu mengaitkan nilai‐nilai karakter pada materi‐materi pembelajaran dalam materi pembelajaran yang diampunya
ü Penanaman Nilai Akhlak Islami
ü Pembacaan ayat suci al‐Qur’an dari setiap kelas secara bergantian
ü Absensi siswa setiap kegiatan Ibadah
ü Persiapan Perangkat Pembelajaran 1 Minggu stiap hari Sabtu.
(perogram tersebut akan disusun dalam bentuk tabel)


2) Kesiapan Program Pembiasaan pendidikan karakter yang akan diterapkan Siswa/i Madrasah Bina Ummah
Sesuai dengan apa yang di katakan Heru Nugroho (2012:102) dalam penelitiannya yaitu jika sekolah ingin mendapatkan hasil yang maksimal mengenai pendidikan karakter, maka sekolah harus (1) Memiliki program kegiatan di luar pembelajaran yang berbasis nilai‐nilai Islam, (2) Sekolah harus menyediakan guru yang memiliki ahlak dan perilaku yang baik serta mempunyai kemampuan dalam mengajarkan pendidikan karakter berbasis nilai‐nilai Islam, (3) sekolah harus melibatkan atau bekerja sama dengan dengan orang tua.
Mengenai upaya meningkatkan akhlak, al‐Ghazali (2011:304), menegaskan pandangannya bahwa penigkatan ahlak dapat dilakukan dengan tazkiyatun nafs melalui riyadhah al‐nafs (latihan kepribadian). Tazkiyatun nafs adalah ikhtiar untuk membentuk pribadi yang sempurna yang terealisasi dalam ketaatan dan kegiatan beramal shaleh dalam kehidupannya. Nilai‐nilai tazkiyatun nafs juga didapatkan pada kegiatan pembiasaan yang rutin dan pembiasaan terprogam dalam Kurikulum Madrasah Bina Ummah. Kegiatan Pembiasaan Merupakan proses pembentukan akhlaq dan penanaman/ pengamalan ajaran Islam. Adapun Kegiatan pembiasaan rutin, pendidikan karakter dan Pembiasaan terprogram di Madrasah Bina Ummah meliputi:
I. Kegitan Pembiasan Rutin Pendidikan Berkarakter
1. Baca tulis Al‐Qur’an,
2. tahfidzul qur’an,
3. Tilawatul Qur’an
4. Hari Bahasa arab
5. Hari Bahasa Inggris
6. Sholat Fardu Berjamaah
7. Shalat Sunnah Duha
8. Makan dan minum sesuai dengan adab Islami
9. Sopan santun dalam pergaulan
10. Tadarus Al‐Quran
11. Pembinaan Tilawah Qur’an
12. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
13. Infak Mingguan
14. Puasa Sunnah Senin & Kamis

II. Kegiatan Terprogram:
1. Penghijauan
2. Gotong Royong
3. Study Tour
4. PHBI
5. Peringatan Hari Besar Nasional & Pendidikan
6. Camping
7. Pertandingan & Perlombaan; Porseni, O2SN, Porseni, KSM, Aksioma dll
8. dll
(perogram-program tersebut akan disusun dalam bentuk tabel)

3) Kesiapan fasilitas
Tidak bisa dipungkiri lagi fasilitas adalah salah satu sarana untuk suksesnya program lembaga pendidikan yang dirintisnya. Fasilitas yang memadai dan mengikuti perkembangan teknologi masa kini, akan menjadi nilai lebih yang bisa dipertimbangkan oleh setiap calon wali murid yang akan menyekolahkan anaknya. Karena orang yang dilihat pertama kali adalah bagaimana fasilitas dari suatu lembaga pendidikan yang ditawarkan.
Walaupun mengesampingkan kesan mewah atau terlalu mahal sebagai biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh setiap wali murid, jika suatu lembaga pendidikan mampu menjalankan secara profesional maka akan sebanding dengan biaya yang harus dibayarkan sebagai ganti dari hasil pendidikan yang terbaik untuk anaknya.

4) Kesiapan Kurikulum
Kurikulum menjadi faktor terpenting dalam dunia pendidikan. Dalam sekolah yang berbasis fullday, kurikulum yang digunakan adalah “Integrated-Activity” dan “Integrated-Curriculum”. Artinya seluruh program dan aktivitas anak yang ada di sekolah ; mulai dari belajar, bermain, makan, dan beribadah dikemas dalam suatu sistem pendidikan. Kurikulum yang sudah terencana dengan baik, dijalankan oleh orang-orang yang kompeten didalamnya maka perjalanan proses pembelajaran yang dalam hal ini adalah siswa sebagai subjek pembelajaran akan berjalan sesuai harapan. Kurikumnya itu harus disesuaikan dengan kesukaran dan tidaknya mata pelajaran, mata pelajaran yang sukar membutuhkan energi dan semangat lebih maka senatiasa di tempatkan pada jam Awal.


5) Evaluasi yang kontinyu
Tidak bisa dipungkiri dalam setiap perjalanan suatu lembaga pendidikan, berbagai konsep yang telah dijelaskan di atas pasti mengalami kendala atau problem. Maka evaluasi secara kontinyu adalah menjadi solusi terbaik untuk memecahkan atau mencari jalan keluarnya. Berbagai komponen yang terlibat baik dari lembaga, kepala sekolah, guru dan yang lain harus memiliki cara evaluasi yang cerdas dalam menyelesakan setiap masalah.
Dalam ilmu psikologi, pendidikan merupakan applied dari psikologi yang tidak boleh menonjolkan salah satu fungsi saja dari kejiwaan anak. Misalnya, jika yang ditonjolkan fungsi pikir saja maka akan cenderung ke intelektualitas, dan jika yang ditonjolkan fungsi rasanya saja maka akan cenderung ke emosionalitas. Oleh karena itu, perlu upaya untuk mengintegrasikan dan mengharmoniskan fungsi-fungsi kejiwaan anak tersebut dalam proses pembentukan kejiwaan (pendidikan) anak.

Demikian ulasan Konsep Penerapan Pendidikan Full Day School Berkarakter Madrasah terpadu MI, MTS & MA Bina Ummah Kota Batam, ini dibuat sebagai bentuk ikhtiar mengembangkan sistem pendidikan di Madrasah Bina Ummah sebagai acuan/ materi workshop pengembangan kurikum KTSP dan K-13 Madrasah Bina Ummah TP 2015/2016. Mudahan tulisan ini bisa memenuhi hajat tersebut sehingga pendidikan Madrasah Bina Ummah semakin bermutu dan kedepannya mampu menjadi Pilot Project Madrasah di Kota Batam.


Batam, 01 Juli 2015


0 komentar :

Posting Komentar